PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kewibawaaan dalam keluarga ialah membawa sianak kedewasannya, bila
tidak ada kewibawan sianak tidak dapat mencapai kedewasaanya : tahu norma-norma
dan bersedia menyesuaikan hidupnya dengan norma-norma itu.
Jadi kewibawaan
dalam pendidikan tujuannya adalah untuk norma-norma dengan wibawa itu pendidik
hendak membawa sianak agar dapat mengetahui, memiliki, dan hidup sesuai dengan
norma-norma itu.
Pelaksanan kewibawaan dalam
pendidikan itu harus berdasarkan kepada perwujudan norma-norma dalam diri sipendidik
sendiri. Justru karena wibawa dan pelaksanan wibawa itu mempunyai tujuan untuk
membawa sianak ketingkat kedewasaannya, yaitu mengenal dan hidup yang sesuai
dengan norma-norma, maka jadi syaratlah bagi para pendidik untuk memberi contoh
dengan jalan menyesuaikan dirinya dengan norma-norma itu sendiri.
B. Perumusan Masalah
a. Apakah perbedaan
antara kewibawaan orang tua dan kewibawan guru atau pendidik-pendidik lainnya ?
b. Bagaimana
seharusnya pendidik menggunakan keiwbawannya ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perbedaan kewibawaan orang tua, kewibawaan pendidik
2. Untuk
mengetahui bagaimana seharusnya pendidik menggunakan kewibawaannya
D. Sistematika
Sistematika dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah
2. Perumusan Masalah
3. Tujuan
4. Sistematika
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian
Pendidikan
b. Pentingnya
Pendidikan
c. Tujuan Dalam Pendidikan
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gejag
Gejag berasal dari kata zaggen yang berarti “berkata” siapa yang
perkataanya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti mempunyai
kewibawaan atau gejag terhadap orang lain, jadi kewibawaan (gejag) adalah suatu
daya mempengaruhi yang terhadap pada seseorang secara sadar dan sukarela akan
menjadi tunduk dan patuh kepadanya.
B. Orang tua (Ayah dan Ibu)
1. Kewibawaan Pendidik
Dengan
kewibawaan ini orang tua bertujuan memelihara keselamatan anak-anaknya agar
mereka dapat hidup terus dan selanjutnya berkembang jasmani dan rohaninya
manjadi manusia dewasa. Adapun nasihat-nasihat yang diminta atau yang
diterimanya dari orang tua meskipun orang yang meminta atau yang menerima
nasihat itu sudah dewasa, itu baik juga dan banyak juga yang dituruti, tetapi
hal itu hendaknya timbul dari hati yang tulus ikhlas tidak karena suatu
keharusan.
2. Kewibawaan Keluarga
Orang
tua merupakan kepala dari suatu keluarga, tiap-tiap keluarga merupakan
“masyarakat kecil” yang sudah tentu dalam masyarakat itu harus ada
peraturan-peraturan yang harus dipatuhi dan dijalankan. Tiap-tiap anggota
keluarga harus patuh terhadap peraturan-peraturan yang berlaku dalam keluarga
itu. Dengan demikian orang tua sebagai kepala keluarga dan dalam hubungan kekeluargaan
itu mempunyai wibawa terhadap anggota-anggota keluarga.
Wibawa keluaraga itu bertujuan
untuk pemeliharaan dan keselamatan keluarga itu soal dewasa atau belum itu
bukan soal penting lagi.
C. Kewibawaan guru atau pendidik-pendidik lainnya
1). Kewibawaan Pendidik
Kewibawaan ini sama halnya
dengan kewibawaan pendidikan yang ada pada orang tua, guru, atau pendidik
karena jabatan atau berkenan dengan jabatannya sebagai pendidik, telah diserahi
sebagian dari tugas orang tua untuk mendidik anak-anak. Selain itu guru atau
pendidik karena jabatan menerima kewibawaannya sebagian lagi dari pemerintah
yang mengangkat mereka. Kewibawaan pendidik yang ada pada guru itu terbatas
oleh banyaknya anak-anak yang diserahkan kepadanya, dan setiap tahun berganti
murid.
2). Kewibawaan memerintah
Selain memiliki kewibawaan pendidikan
guru atau pendidik karena jabatan juga mempunyai kewibawaan memerintah mereka
telah memberi kekuasaan (gezag) oleh pemerintah atau instansi yang mengangkat
mereka. Kekuasaan tersebut meliputi pimpinan kelas, disanalah anak-anak telah
diserahkan kepadanya. Bagi kepada sekolah kewibawaan ini lebih luas, meliputi
pimpinan sekolahnya.
D. Faktor-faktor yang seharusnya digunakan pada kewibawaan pendidik
1). Dalam
menggunakan kewibawaannya itu hendaklah di dasarkan atas perkembangan anak itu
sendiri sebagai pribadi, pendidik hendaklah mengabadi kepada pertumbuhan
anak-anak yang belum selesai perkembangannya. Dengan kebijaksanaan pendidik
hendaklah anak dibawa kearah kesanggupan memakai tenaganya dan pembawaannya yang
tepat, jadi wibawa pendidikan itu bukanlah bertugas memerintah melainkan mengamati
serta memperhatikan serta menyesuaikannya pada perkembangan dan kepribadian
masing-masing anak.
2). Pendidik
hendaklah memberi kesempatan kepada anak untuk bertindak atas inisiatif
sendiri. Kesempatan atau keleluasaan hendaklah makin lama makin diperluas
sesuai dengan perkembangan dan bertambahnya umur anak. Anak harus diberi
kesempatan cukup untuk melatih diri bersikap patuh, karena sianak dapat bersikap
tidak patuh. Jadi, dengan wibawa itu pendidik berangsur-angsur mengundurkan
diri sehingga akhirnya tidak diperlukan lagi. Mendidik anak berarti mendidik untuk
dapat berdiri sendiri.
3). Pendidik
hendaknya menjalankan kewajibannya itu atas dasar cinta kepada si anak. Ini
berarti bermaksud hendak berbuat sesuatu untuk kepentingan sianak. Jadi,
bukannya memerintah atau melarang untuk kepentingannya sendiri. Cinta itu perlu
bagi pekerjaan mendidik. Sebab dari cinta atau kasih sayang itulah timbul
kesanggupan selalu bersedia berkorban untuk sang anak, selalu memperlihatkan
kebahagiaan anak yang sejati.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa :
Kewibawaan dalam pendidikan itu
hendaknya jangan hanya di dasarkan atas
larangan-larangan atau perintah-perintah yang di berikan pada waktu itu saja,
tapi hendaknya pendidik bersedia memberi waktu pada si anak, sesuai dengan
perkembangan umurnya, untuk dapat memilih apakah perbuatan-perbuatannya
melanggar atau tidak terhadap kehendak atau keinginan pendidik. Wibawa pendidik
hendaklah beransur-ansur berkurang dan akhirnya selesai bila telah tercapai tingkat
kedewasaan yang berarti telah dapat mengakui kewibawaan atas dirinya sendiri
dan dapat melaksanakan apa yang telah di percayakan kepada dirinya, dan
mengakui pula kewibawaan orang lain yang lebih tinggi.
DAFTAR
PUSTAKA
Shene. H.G-1984. Arti Pendidikan Bagi Masa Depan. Jakarta : Pustekum, Dikbud :
CV Rajawali
Purwanto Ngalim, Drs.MP. Ilmu Pendidikan Toerirtis dan Praktis. PT
Remaja Rosdakarya Bandung
Tirta Rehardja Umar, Lasulo, SL Drs. Pengantar Pendidikan Rineka
Cipta Jakarta .
Tag :
Makalah
0 Komentar untuk "Makalah Kewibawaan dalam Pendidikan"
Silahkan tinggalkan komentar Anda, terima kasih