Kurikulum Menurut PHILIP H. PHENIX


The curriculum should consist entirely of knowledge which comes from the discip lines (while) Education should be conceived as guided recapitulation of the processes of inguiry wich gave rise to the fruit ful bodies of organized knowledge compsing the established discip lines.

          Artinya :
Kurikulum seharusnya mencakup ilmu pengerahan secara keseluruhan yang merupakan suatu proses disiplin, sementara pendidikan harus memiliki konsep sebagai bagian dari rekapitulasi proses dari hasil penyelidikan, hal ini memberi peningkatan pada keberhasilan ilmu pengetahuan yang di tegakannya disiplin.
Uraian :
Dalam statement singkat ini, Philip H. Phenix, memberikan konklusi dalam hal keberhasilan ilmu pengetahuan yang di pelajari oleh anak-anak didik, pada suatu institusi atau lembaga terpalang pada kurikulum pendidikan dan pengajaran, yang tertata rapih dengan konseptual yang sistematis, dan terarah, sesuai kurikulum yang berlaku, tentunya kurikulum yang mengarah pada tujuan pendidikan secara umum dan khusus, dengan menciptakan iklim yang kondusif sebagai realita dari formulasi disiplin yang ketat pada lembaga pendidikan tersebut.
Dari uraian singkat itu, Philiph H. Phenix, mengemukakan beberapa kata kunci dari keberhasilan di bidang ilmu pengetahuan, yakni Kurikulum, Konseptual, pendidikan dan pengajaran yang jelas dan terarah, dan disiplin yang terevaluir, terkontrol dan terpelihara.
Kurikulum yang digunakan pada suatu institusi atau lembaga, kata Philip harus mencakup ilmu pengetahuan secara keseluruhan, dalam hal ini Philip menikik beratkan keberhasilan ilmu pengetahuan pada Kurikulum, karena memang yang dimaksud di dalamnya adalah, tentang tujuan umum dan khusus dari proses kegiatan belajar mengajar, yang berkaitan erat dengan Guru sebagai tenaga pengajar, dan anak didik yang terpelajar, dengan aneka ragam corak mengajarnya yang kolaburatif, mulai dari Induktif, Deduktif, Ceramah dan Tanya Jawab. Terlepas dari berbagai pergantian Kurikulun yang sifatnya Insidentik dan sesuai kebutuhan, seperti CBSA-KBK dan KTSP, yang kesemuanya itu saling mendukung dan menyempurnakan.
Kurikulum yang dianggap berhasil menurut Philip adalah yang sifatnya menyeluruh dan tidak parsial. Artinya guru harus dapat menghubungkan suatu mata pelajaran sebanyak mungkin dengan mata pelajaran yang lain yang bisa disebut korelasi atau mengurangi dari batas-batas antara mata pelajaran dan dapat memberikan bahan pelajaran dalam bentuk proyek atau unit artinya di dalam kurikulum yang siap saji, harus memuat cara-cara anak didik belajar secara intelektual, emosional, sosial, susila (moral) dan jasmani. Karena dalam pelajaran modern, guru tidak hanya mengajarkan berbagai mata pelajaran saja, tetapi lebih penting adalah mendidik si anak, membentuk kepribadian anak secara harmonis, memadukan pengalaman sebagai hasil dari interaktif antara anak didik dan lingkungannya, karena proses belajar mengajar itu tidak hanya terpaku pada empat didinding kelas saja, akan tetapi prosesnya bisa di luar sekolah, mendengarkan pengalaman-pengalaman yang berfaidah dari televisi, video, radio, koran, majalah, aktif berorganisasi dan lain-lain yang semuanya itu akan menopang pada keberhasilan dalam ilmu pengetahuan dan ini makna dari kurikulum yang mencakup ilmu pengatahuan secara keseluruhan.
            Yang kedua, Philip mengemukakan keberhasilan ilmu pengetahuan selain adanya kurikulum  (Silabus) juga didukung dengan adanya konsep pendidikan dan pengajaran yang jelas dan terarah.
            Pendidikan maksudnya proses pemberian pengaruh dengan berbagai pengaruh yang sengaja kita pilih untuk membantu anak, agar berkembang jasmaninya, akalnya, akhlaknya sehingga sedikit demi sedikit sampai kepada batas kesempurnaan maksimal yang dapat ia capai, sehingga ia bahagia dalam kehidupan individu dan sosial, dan setiap tindakan yang keluar dari pada anak terdidik itu menjadi lebih sempurna, lebih tetapt, dan lebih baik bagi masyarakat.
            Sedangkan pengajaran adalah proses trasnfer ilmu pengetahuan baik dari intelektual guru atau buku  kedalam pikiran anak didik dan mengisi ingatan anak dengan masalah-masalah ilmu pengetahuan, seni, kejuruan, keahlian, dan lain-lain. Yang mana dalam hal ini melibatkan tiga sarana pokok, yakni guru, murid, dan ilmu pengetahuan.
            Dari sarana  pengajaran yang berwujud ilmu pengetahuan inilah yang harus dijadikan konsep yang jelas dan terarah. Sehingga akan melahirkan anak-anak didik berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berpikiran bebas, sesuai dengan tujuan umum pendidikan dan pengajaran, yakni membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang terarah pula, akan tercapai tujuan khusus pendidikan nasional, yakni sesuai dengan tingkatan usia pendidikan dan intelektual anak didik.
  • Seperti  jenjang taman kanak-kanak bertujuan menuntut tambahnya rohani dan jasmani sebelum masuk Sekolah Dasar
  •  Jenjang pendidikan Dasar, bertujuan memberikan kesempatan pada anak-anak sesuai kesukannya untuk belajar dasar-dasar pengetahuan kecakapan dan ketangkasan baik lahir maupun batin.
  • Jenjang pendidikan menengah (Umum dan Vak) bertujuan melanjutkan dan meluaskan pendidikan dan pengajaran yang diberikan di sekolah-sekolah  dasar untuk mengembangkan cita-citanya, membimbing kesanggupannya menjadi anggota masyarakat, mendidik tenaga-tenaga ahli dalam pelbagai lapangan khusus, sesuai bakat masing-masing dan keperluan masyarakat atau mempersiapkannya kearah pendidikan yang lebih tinggi.
  • Jenjang pendidikan tinggi, bertujuan memberikan kesempatan kepada pelajar untuk menjadi orang yang dapat memberi pimpinan di dalam masyarakat dan yang dapat memelihara kemajuan ilmu dan kemajuan hidup kemasyarakatan.
Jadi setiap mata pelajaran apapun yang tertera dalam kurikulum pendidikan dan pelajaran apapun yang tertera dalam kurikulum pendidikan dan pengajaran, hanyalah merupakan sarana atau alat pendidikan yang harus terarah secara akurat.
Karena mata pelajaran jelas bukan tujuan, dan merupakan satu hal yang berat sebelah manakala guru hanya mementingkan pengetahuan anak didik belaka (Science Oriental) tetapi harus seimbang dengan kemajuan pendidikan (education oriental), artinya di dalam hal ini belum banyak institusi atau lembaga pendidikan yang dapat memenuhi berbagai keberhasilan ilmu pengetahuan dan pendidikan secara seimbang.
Oleh karenanya pemerintah selalu berusaha merubah corak pendidikan dan pengajaran mulai dari perombakan sekolah lama (Sapta Usaha Tama) perombakan kurikulum mulai CBSA-KBK-KTSP tidak lain maksudnya adalah tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran nasional umum dan khusus secara seimbang.
Philip menambahkan keberhasilan itu akan lebih cepat, akurat, tepat sasaran, manakala ditopang dengan penerapan disiplin yang ketat, mulai dari tata ruang, tata laksana kegiatan belajar mengajar, corak berpakaian guru dan anak didik, durasi  mata pelajaran yang memadai, penerapan bahasa pengantar, bahasa komunikasi, termasuk di dalamnya (Boarding School) sekolah berasrama dengan sistematika 24 jam yang lebih memudahkan pada penglola institusi untuk menerapkan disiplin belajar mengajar dan mendidik, kesemuanya itu akan lebih mempercepat keberhasilan ilmu pengetahuan dan pendidikan bagi seluruh peserta didik, sesui yang dikatakan Philip, bahkan dalam satu mutiara dikatakan (Al Haqqu BilaNidzomin Yaqhlibuhul Bathil Bi Nidzomin) artinya kebenaran yang tanpa disiplin akan dapat dikalahkan dengan kebathilan yang mengakari disiplin.
Kesimpulan akhir dari pemikiran Philip, keberhasilan ilmu pengetahuan dan pendidkan pada satu lembaga atau institusi, ditentukan dengan  adanya kurikulum yang sesuai dengan jamannya (Up to date/Mu’ashiroh) memiliki konsep yang jelas dan terarah sesuai dengan tujuan umum dan khusus dari pendidikan nasional, dan menerapkan disiplin yang ketat dan terevaluir, terkontrol, terpelihara.
0 Komentar untuk " Kurikulum Menurut PHILIP H. PHENIX"

Silahkan tinggalkan komentar Anda, terima kasih

Back To Top